Memberi Cahaya Mudah Saat Ada Musibah Bencana


Segala puji bagi Allah Zat yang udah menciptakan kematian dan kehidupan di di di di di dalam rangka menguji manusia siapakah di terhadap mereka yang paling baik amalnya. Zat yang udah mengutus Rasul-Nya bersama bersama hidayah dan agama yang benar untuk dimenangkan di atas semua agama yang ada. Sholawat beriring salam semoga senantiasa terlimpah kepada Nabi pembawa rahmah beserta keluarga dan kawan akrab terhitung semua pengikut mereka yang setia sampai tegaknya kiamat di alam semesta. Amma ba’du.Saudaraku. Semoga Allah melimpahkan taufik untuk capai cinta dan ridho-Nya kepadaku dan dirimu. Perjalanan kehidupan sering kadang membawamu terperosok dan jatuh di

dalam banyak variasi kesulitan. Kesulitan-kesulitan itu menjadi berat bagimu. Dadamu seolah-olah menjadi sesak. Bumi yang begitu luas terhampar seolah-olah menjadi sempit

bagimu. Apakah situasi ini mampu membawamu berputus asa wahai saudaraku, jangan. Akan namun bersabarlah. Karena Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,“Dan ketahuilah, sesungguhnya kemenangan itu beriringan bersama bersama kesabaran. Jalan muncul beriringan bersama bersama kesukaran. Dan setelah tersedia masalah itu mampu mampir kemudahan.” (Hadits riwayat Abdu bin Humaid di di di di di di dalam Musnad-nya bersama bersama nomer 636, Ad Durrah As Salafiyyah hal. 148)



Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam udah melukiskan kepada umatnya bahwa kesabaran itu bak sebuah cahaya yang panas. Dia beri tambahan keterangan di sekelilingnya mampu namun sesungguhnya menjadi panas menyengat di di di di di di dalam dad Syaikh Al Imam Al Mujaddid Al Mushlih Muhammad bin Abdul Wahhab rahimahullah ta’ala membawa dampak sebuah bab di di di di di di dalam Kitab Tauhid beliau yang berjudul, “Bab Minal iman billah, ash-shabru ‘ala aqdarillah” (Bab: Bersabar di di di di di dalam menghadapi takdir Allah terhitung cabang keimanan kepada Allah).



Syaikh Shalih bin Abdul ‘Aziz Alusy Syaikh hafizhahullah ta’ala tunjukkan di di di di di dalam penjelasannya berkenaan bab yang amat berguna ini:“Sabar tergolong perkara yang mendiami kedudukan agung (di di di di di di dalam agama). Ia terhitung tidak benar satu anggota ibadah yang amat mulia. Ia mendiami relung-relung hati, gerak-gerik lisan dan tindakan anggota badan. Sedangkan hakikat penghambaan yang sejati tidak mampu terealisasi tanpa kesabaran. Hal ini karena ibadah merupakan perintah syariat (untuk mengerjakan sesuatu), atau berupa larangan syariat (untuk tidak mengerjakan sesuatu), atau mampu terhitung berupa ujian di di di di di dalam bentuk musibah yang ditimpakan Allah kepada seorang hamba supaya dia bahagia bersabar tepat menghadapinya.



Maka hakikat penghambaan adalah tunduk jalankan perintah syariat dan terhitung menjauhkan larangan syariat dan bersabar menghadapi musibah-musibah. Musibah yang dijadikan sebagai batu ujian oleh Allah jalla wa ‘ala untuk menempa hamba-hambaNya. Dengan demikianlah ujian itu mampu lewat layanan ajaran agama dan lewat layanan ketetapan takdir. Adapun ujian bersama bersama ajaran agama sebagaimana tercermin di di di di di dalam firman Allah jalla wa ‘ala kepada Nabi-Nya shallallahu ‘alaihi wa sallam di di di di di di dalam sebuah hadits qudsi riwayat Muslim berasal berasal berasal berasal berasal berasal dari ‘Iyaadh bin Hamaar. Dia berkata: Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam dulu bersabda, ‘Allah ta’ala berfirman: Sesungguhnya Aku mengutusmu di di di di di dalam rangka menguji dirimu. Dan Aku menguji (manusia) bersama bersama dirimu.’ Maka hakikat pengutusan Nabi ‘alaihish shalaatu was salaam adalah menjadi ujian. Sedangkan tersedia ujian sadar mesti sikap sabar di di di di di dalam menghadapinya. Ujian yang tersedia bersama bersama diutusnya beliau sebagai rasul ialah bersama bersama bentuk perintah dan larangan.



Untuk jalankan banyak variasi kewajiban pasti saja diperlukan bekal kesabaran. Untuk meninggalkan banyak variasi larangan diperlukan bekal kesabaran. Begitu pula tepat menghadapi ketetapan takdir kauni (yang menyakitkan) pasti terhitung diperlukan bekal kesabaran. Oleh karena itulah lebih berasal berasal berasal berasal dari satu ulama mengatakan, “Sesungguhnya sabar terbagi tiga; sabar di di di di di dalam berbuat taat, sabar di di di di di dalam mencegah diri berasal berasal berasal berasal berasal berasal dari maksiat dan sabar tatkala menerima takdir Allah yang menjadi menyakitkan.”



Karena amat sedikitnya dijumpai orang yang mampu bersabar tatkala tertimpa musibah maka Syaikh pun membawa dampak sebuah bab tersendiri, semoga Allah merahmati beliau. Hal itu beliau jalankan di di di di di dalam rangka tunjukkan bahwasanya sabar terhitung anggota berasal berasal berasal berasal berasal berasal dari kesempurnaan tauhid. Sabar terhitung kewajiban yang mesti ditunaikan oleh hamba, supaya ia pun bersabar menanggung ketetapan takdir Allah. Ungkapan rasa marah dan tak bahagia sabar itulah yang banyak muncul di di di di di dalam diri orang-orang tatkala mereka capai ujian berupa ditimpakannya musibah. Dengan alasan itulah beliau membawa dampak bab ini, untuk menerangkan bahwa sabar adalah berkenaan yang mesti ditunaikan tatkala tertimpa takdir yang menjadi menyakitkan. Dengan berkenaan itu beliau terhitung meminta beri tambahan penegasan bahwa bersabar di di di di di dalam rangka mobilisasi ketaatan dan meninggalkan kemaksiatan hukumnya terhitung wajib.



Secara bhs sabar artinya tertahan. Orang Arab mengatakan, “Qutila fulan shabran” (artinya si Fulan dibunuh di di di di di dalam situasi “shabr”) yakni tatkala dia berada di di di di di dalam tahanan atau tengah diikat setelah itu dibunuh, tanpa tersedia perlawanan atau peperangan. Dan demikianlah inti makna kesabaran yang dipakai di di di di di dalam pengertian syar’i. Ia disebut sebagai sabar karena di dalamnya terkandung penahanan lisan untuk tidak berkeluh kesah, mencegah hati untuk tidak menjadi marah dan mencegah anggota badan untuk tidak mengekspresikan kemarahan di di di di di dalam bentuk menampar-nampar pipi, merobek-robek kain dan semacamnya. Maka menurut makna syariat, sabar artinya: “Menahan lisan berasal berasal berasal berasal berasal berasal dari mengeluh, mencegah hati berasal berasal berasal berasal berasal berasal dari marah dan mencegah anggota badan berasal berasal berasal berasal berasal berasal dari menampakkan kemarahan bersama bersama cara merobek-robek suatu berkenaan dan tindakan lain semacamnya.”



Imam Ahmad rahimahullah berkata, “Di di di di di di dalam Al Quran kata sabar disebutkan di di di di di dalam 90 tempat lebih. Sabar adalah anggota iman, sebagaimana kedudukan kepala bagi jasad. Sebab orang yang tidak membawa kesabaran di di di di di dalam mobilisasi ketaatan, tidak membawa kesabaran untuk menjauhkan maksiat dan terhitung tidak sabar tatkala tertimpa takdir yang menyakitkan maka dia kehilangan banyak sekali anggota keimanan.”



Perkataan beliau “Bab Minal imaan, ash shabru ‘ala aqdaarillah” artinya: Salah satu ciri karakteristik iman kepada Allah adalah bersabar tatkala menghadapi takdir-takdir Allah. Keimanan itu membawa cabang-cabang. Sebagaimana kekufuran terhitung bercabang-cabang. Maka bersama bersama perkataan “Minal imaan ash shabru” beliau meminta beri tambahan penegasan bahwa sabar terhitung tidak benar satu cabang keimanan. Beliau terhitung beri tambahan penegasan lewat sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Muslim yang tunjukkan bahwa niyaahah (meratapi mayat) itu terhitung terhitung tidak benar satu cabang kekufuran. Sehingga tiap-tiap cabang kekafiran itu mesti dihadapi bersama bersama cabang keimanan. Meratapi mayat adalah sebuah cabang kekafiran maka dia mesti dihadapi bersama bersama sebuah cabang keimanan yakni bersabar terhadap takdir Allah yang menjadi menyakitkan.” (At Tamhiid, hal. 389-391). Ridha Terhadap Musibah Melahirkan Hidayah Allah ta’ala berfirman yang artinya,“Tidaklah tersedia sebuah musibah yang menimpa kecuali bersama bersama izin Allah. Dan barang siapa yang beriman kepada Allah (bersabar) niscaya Allah mampu beri tambahan hidayah kepada hatinya. Allahlah yang maha sadar segala sesuatu.” (QS At Taghaabun: 11)



Syaikh Muhammad bin Abdul ‘Aziz Al Qar’awi mengatakan, “Di di di di di di dalam ayat ini Allah subhanahu wa ta’ala mengumumkan bahwa semua musibah yang menimpa seorang individu di terhadap umat manusia, baik yang berkenaan bersama bersama dirinya, hartanya atau yang lainnya cuma mampu berlangsung bersama bersama karena takdir berasal berasal berasal berasal berasal berasal dari Allah. Sedangkan ketetapan takdir Allah itu pasti terlaksana tidak mampu dielakkan. Allah terhitung menyinggung barang siapa yang tulus mengakui bahwa musibah ini berlangsung bersama bersama ketetapan dan takdir Allah niscaya Allah mampu beri tambahan taufik kepadanya supaya mampu untuk menjadi ridho dan bersikap tenang tatkala menghadapinya karena percaya terhadap kebijaksanaan Allah. Sebab Allah itu maha sadar segala berkenaan yang mampu membawa dampak hamba-hambaNya menjadi baik. Dia terhitung maha lembut lagi maha penyayang terhadap mereka.” (Al Jadiid, hal. 313).Alqamah, tidak benar seorang pembesar tabi’in, mengatakan, “Ayat ini berbicara berkenaan seorang laki laki yang tertimpa musibah dan dia sadar bahwa musibah itu berasal berasal berasal berasal berasal berasal berasal dari faktor Allah maka dia pun menjadi ridho dan bersikap pasrah kepada-Nya.”



Syaikh Shalih bin Abdul ‘Aziz Alusy Syaikh hafizhahullah ta’ala tunjukkan di di di di di dalam penjelasannya berkenaan perkataan Alqamah ini:“Ini merupakan tafsir berasal berasal berasal berasal berasal berasal dari Alqamah -salah seorang tabi’in (murid sahabat)- terhadap ayat ini. Ini merupakan penafsiran yang benar dan lurus. Hal itu disebabkan

firman-Nya, ‘Barangsiapa yang beriman kepada Allah niscaya Allah mampu beri tambahan hidayah ke di di di di di dalam hatinya,’ disebutkan di di di di di dalam konteks ditimpakannya musibah

sebagai ujian bagi hamba. ‘Barangsiapa yang beriman kepada Allah,’ artinya ia mengagungkan Allah jalla wa ‘ala dan jalankan perintah-Nya dan terhitung menjauhkan larangan-Nya.



‘Niscaya Allah mampu beri tambahan hidayah ke di di di di di dalam hatinya,’ yakni supaya bersabar. ‘Allah mampu beri tambahan hidayah ke di di di di di dalam hatinya’ supaya tidak menjadi marah dan tidak terima. ‘Allah mampu beri tambahan hidayah ke di di di di di dalam hatinya,’ yakni untuk menunaikan banyak variasi macam ibadah. Oleh karena itulah beliau (Alqamah) berkata, ‘Ayat ini berbicara berkenaan seorang laki laki yang tertimpa musibah dan karena dia sadar bahwa musibah itu berasal berasal berasal berasal berasal berasal berasal dari faktor Allah maka dia pun menjadi ridho dan bersikap pasrah kepada-Nya.’ Inilah kadar iman kepada Allah; ridho dan pasrah kepada Allah.” (At Tamhiid, hal. 391-392).



Dari ayat di atas kami mampu memetik banyak pelajaran berharga, di antaranya adalah: Keburukan itu terhitung terhitung perkara yang udah ditakdirkan tersedia oleh Allah, sebagaimana halnya kebaikan. Penjelasan agungnya nikmat iman. Iman itulah yang menjadi karena hati mampu capai hidayah dan merasakan ketenteraman diri. Penjelasan berkenaan ilmu Allah yang meliputi segala sesuatu. Balasan suatu kebaikan adalah kebaikan lain sesudahnya.Hidayah taufik merupakan hak prerogatif Allah ta’ala. (Al Jadiid, hal. 314). Hukum Merasa Ridho Terhadap Musibah Syaikh Shalih bin Abdul ‘Aziz Alusy Syaikh hafizhahullah ta’ala menjelaskan:“Hukum menjadi ridha bersama bersama tersedia musibah adalah mustahab (sunnah), bukan wajib. Oleh maka berasal berasal berasal berasal dari itu banyak orang yang tersedia masalah membedakan terhadap ridho bersama bersama sabar.



Sedangkan pemikiran yang tepat untuk itu adalah sebagai berikut. Bersabar menghadapi musibah hukumnya wajib, dia adalah tidak benar satu kewajiban yang mesti ditunaikan. Hal itu karena di di di di di di dalam sabar terkandung meninggalkan sikap marah dan tidak menerima terhadap ketetapan dan takdir Allah. Adapun ridho membawa dua sudut pandang yang berlainan:Sudut pandang pertama, terarah kepada tingkah laku Allah jalla wa ‘ala. Seorang hamba menjadi ridho terhadap tingkah laku Allah yang mengambil alih alih ketetapan terjadinya segala sesuatu. Dia menjadi ridho dan bahagia bersama bersama tingkah laku Allah. Dia menjadi bahagia bersama bersama hikmah dan kebijaksanaan Allah. Dia menjadi ridho terhadap anggota anggota yang didapatkannya berasal berasal berasal berasal berasal berasal dari Allah jalla wa ‘ala. Rasa ridho terhadap tingkah laku Allah ini terhitung tidak benar satu kewajiban yang mesti ditunaikan. Meninggalkan perasaan itu hukumnya haram dan menafikan kesempurnaan tauhid (yang mesti ada).



Sudut pandang kedua, terarah kepada berkenaan yang diputuskan, yakni terhadap musibah itu sendiri. Maka hukum menjadi ridho terhadapnya adalah mustahab. Bukan kewajiban atas hamba untuk menjadi ridho bersama bersama sakit yang dideritanya. Bukan kewajiban atas hamba untuk menjadi ridho bersama bersama karena kehilangan anaknya. Bukan kewajiban atas hamba untuk menjadi ridho bersama bersama karena kehilangan hartanya. Namun berkenaan ini hukumnya mustahab (disunahkan).Oleh karena itu di di di di di dalam konteks setelah itu (ridho yang hukumnya wajib) Alqamah mengatakan, ‘Ayat ini berbicara berkenaan seorang laki laki yang tertimpa musibah dan dia sadar bahwa musibah itu berasal berasal berasal berasal berasal berasal berasal dari faktor Allah maka dia pun menjadi ridha’ yakni menjadi bahagia terhadap ketetapan Allah ‘dan ia bersikap pasrah’ karena ia sadar musibah itu datangnya berasal berasal berasal berasal berasal berasal dari faktor (perbuatan) Allah jalla jalaaluhu. Inilah tidak benar satu ciri keimanan.” (At Tamhiid, hal. 392-393).



Hikmah yang Tersimpan di Balik Musibah yang Disegerakan Dari Anas, beliau berkata, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Apabila Allah meminta kebaikan bagi hamba-Nya, maka Allah segerakan hukuman atas dosanya di dunia. Dan kecuali Allah meminta keburukan terhadap hamba-Nya maka Allah tahan hukuman atas dosanya itu

hingga dibayarkan di tepat hari kiamat.” (Hadits riwayat At Tirmidzi bersama bersama nomer 2396 di di di di di di dalam Az Zuhud. Bab berkenaan kesabaran menghadapi musibah. Beliau mengatakan: hadits ini hasan gharib. Ia terhitung diriwayatkan oleh Al Haakim di di di di di dalam Al Mustadrak (1/349, 4/376 dan 377). Ia dicantumkan di di di di di dalam Ash Shahihah karya Al Albani bersama bersama nomer 1220).“Datangnya musibah-musibah itu adalah nikmat, Karena ia menjadi karena dihapuskannya dosa-dosa. Ia terhitung menuntut kesabaran supaya orang yang tertimpanya justru diberi pahala. Musibah itulah yang melahirkan sikap lagi taat dan merendahkan diri di hadapan Allah ta’ala dan terhitung memalingkan ketergantungan hatinya berasal berasal berasal berasal berasal berasal dari



sesama makhluk, dan banyak variasi maslahat agung lainnya yang muncul karenanya. Musibah itu sendiri dijadikan oleh Allah sebagai karena penghapus dosa dan kesalahan. Bahkan ini terhitung nikmat yang paling agung. Maka semua musibah terhadap hakikatnya merupakan rahmat dan nikmat bagi total makhluk, kecuali kecuali musibah itu membawa dampak orang yang tertimpa musibah menjadi terjerumus di di di di di dalam kemaksiatan yang lebih besar daripada maksiat yang dilakukannya sebelum akan saat mampu saat saat mampu mampu tertimpa. Apabila itu yang berlangsung maka ia menjadi keburukan baginya, kecuali ditilik berasal berasal berasal berasal berasal berasal dari sudut pandang musibah yang menimpa agamanya.Sesungguhnya tersedia di terhadap orang-orang yang kecuali mendapat ujian bersama bersama kemiskinan, sakit atau terluka justru membawa dampak munculnya sikap munafik dan protes di di di di di dalam dirinya, atau khususnya penyakit hati, kekufuran yang jelas, meninggalkan lebih berasal berasal berasal berasal dari satu kewajiban yang dibebankan padanya dan menjadi berkubang bersama bersama banyak variasi berkenaan yang diharamkan supaya berakibat menjadi membahayakan agamanya. Maka bagi orang semacam ini kebugaran lebih baik baginya. Hal ini kecuali ditilik berasal berasal berasal berasal berasal berasal dari faktor



pengaruh yang timbul setelah dia mengalami musibah, bukan berasal berasal berasal berasal berasal berasal dari faktor musibahnya itu sendiri. Sebagaimana halnya orang yang bersama bersama musibahnya mampu melahirkan sikap sabar dan tunduk jalankan ketaatan, maka musibah yang menimpa orang semacam ini sesungguhnya adalah nikmat diniyah. Musibah itu sendiri berlangsung sesuai bersama bersama ketetapan Robb ‘azza wa jalla sekaligus sebagai rahmat untuk manusia, dan Allah ta’ala Maha terpuji karena perbuatan-Nya tersebut. Barang siapa yang diuji bersama bersama suatu musibah setelah itu diberikan karunia kesabaran oleh Allah maka sabar itulah nikmat bagi agamanya. Setelah dosanya terhapus maka berasal berasal berasal berasal dari itu maka muncullah sesudahnya rahmat (kasih sayang berasal berasal berasal berasal berasal berasal dari Allah). Dan kecuali dia memuji Robbnya atas musibah yang menimpanya niscaya dia terhitung mampu capai pujian-Nya.“Mereka itulah orang-orang yang diberikan pujian (shalawat) berasal berasal berasal berasal berasal berasal dari Rabb mereka dan capai curahan rahmat.” (QS. Al Baqoroh: 157)



Ampunan berasal berasal berasal berasal berasal berasal dari Allah atas dosa-dosanya terhitung mampu didapatkan, begitu pula derajatnya pun mampu terangkat. Barang siapa yang merealisasikan sabar yang hukumnya mesti ini niscaya dia mampu capai balasan-balasan tersebut.” Selesai perkataan Syaikhul Islam bersama bersama ringkas (lihat Fathul Majiid, hal. 353-354).Dari hadits di atas kami mampu memetik lebih berasal berasal berasal berasal dari satu pelajaran berharga, yaitu:Penetapan bahwa Allah membawa karakter Iradah (berkehendak), pasti saja yang sesuai bersama bersama kemuliaan dan keagungan-Nya.Kebaikan dan keburukan sama-sama udah ditakdirkan berasal berasal berasal berasal berasal berasal dari Allah ta’ala.Musibah yang menimpa orang mukmin terhitung tanda kebaikan. Selama berkenaan itu tidak mengakibatkan dirinya meninggalkan kewajiban atau jalankan yang diharamkan.



Hendaknya kami menjadi cemas dan berhati-hati terhadap nikmat dan kebugaran yang sepanjang ini senantiasa kami rasakan.Wajib berprasangka baik kepada Allah atas ketetapan takdir tidak mengenakkan yang udah diputuskan-Nya berlangsung terhadap diri kita.Pemberian Allah kepada seseorang bukanlah mesti artinya Allah meridhoi orang tersebut. (Al Jadiid, hal. 320 bersama bersama sedikit penyesuaian redaksional). Balasan Bagi Orang-Orang Yang Sabar



Allah ta’ala berfirman, “Sungguh Kami mampu menguji kalian bersama bersama sedikit rasa takut, kelaparan dan terhitung kekurangan harta benda, jiwa, dan buah-buahan. Maka berikanlah kabar gembira bagi orang-orang yang sabar. Yaitu orang-orang yang kecuali tertimpa musibah mereka mengatakan, ‘Sesungguhnya kami ini berasal berasal berasal berasal berasal berasal berasal dari Allah, dan kami terhitung mampu lagi kepada-Nya.’ Mereka itulah orang-orang yang mampu capai ucapan sholawat (pujian) berasal berasal berasal berasal berasal berasal dari Tuhan mereka, dan mereka itulah orang-orang yang capai hidayah.” (QS Al Baqoroh: 155-157)



Syaikh Abdurrahman bin Nashir As Sa’di rahimahullah berbicara di di di di di di dalam kitab tafsirnya, “Ayat ini tunjukkan bahwa barang siapa yang tidak bersabar maka dia berhak menerima lawan darinya, berupa celaan berasal berasal berasal berasal berasal berasal dari Allah, siksaan, kesesatan dan terhitung kerugian. Betapa jauhnya perbedaan terhadap ke dua golongan ini. Betapa kecilnya keletihan yang ditanggung oleh orang-orang yang sabar kecuali dibandingkan bersama bersama besarnya penderitaan yang mesti ditanggung oleh orang-orang yang protes dan tidak bersabar…” (Taisir Karimir Rahman, hal. 76).



Allah ta’ala terhitung berfirman, “Sesungguhnya balasan pahala bagi orang-orang yang sabar adalah tidak terbatas.” (QS. Az Zumar: 10)Syaikh Abdurrahman bin Nashir As Sa’di rahimahullah berbicara di di di di di di dalam kitab tafsirnya, “Ayat ini berlaku lazim untuk semua style kesabaran. Sabar di di di di di dalam menghadapi takdir Allah yang menjadi menyakitkan, yakni hamba tidak menjadi marah karenanya. Sabar berasal berasal berasal berasal berasal berasal dari kemaksiatan kepada-Nya, yakni bersama bersama cara tidak berkubang di dalamnya. Bersabar di di di di di dalam jalankan ketaatan kepada-Nya, supaya dia pun menjadi lapang di di di di di dalam melakukannya. Allah menjanjikan kepada orang-orang yang sabar pahala untuk mereka yang tanpa hitungan, artinya tanpa batasan khusus maupun angka khusus ataupun ukuran tertentu. Dan berkenaan itu tidaklah mampu diraih kecuali disebabkan karena begitu besarnya keutamaan karakter sabar dan agungnya kedudukan sabar di faktor Allah, dan tunjukkan pula bahwa Allahlah penolong segala urusan.” (Taisir Karimir Rahman, hal. 721).Semoga Allah memasukkan kami di kalangan hamba-hambaNya yang sabar. Wa shalallahu ‘ala nabiyyina Muhammadin wa ‘ala aalihi wa shahbihi wa sallam.

https://www.link-de.com/site/yukristen.com
https://www.link-de.com/site/yukinternet.com
https://www.link-de.com/site/abiabiz.com
https://images.google.mw/url?q=https://jackyhd.com
https://images.google.rs/url?q=https://jackyhd.com
https://images.google.si/url?q=https://jackyhd.com
https://images.google.sm/url?q=https://jackyhd.com
https://images.google.st/url?q=https://jackyhd.com
https://maps.google.ad/url?q=https://jackyhd.com
https://maps.google.ae/url?q=https://jackyhd.com

0 Response to "Memberi Cahaya Mudah Saat Ada Musibah Bencana"

Post a Comment

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel